image1 image2 image3 image4

WAJAH BARU LAJAMAL BLOG|NANTIKAN ARTIKEL KAMI|REVIEW, TUTORIAL AND ANYTHING...

Cara hidup dan mati karena game

Game sudah bergeser fungsinya. Dari sekedar mengisi jam tunggu, kini menjadi  jadwal wajib.Dari sekedar bermain, kini menjadi profesi. Dari yang dilarang, mulai ada yang menganjurkan. Fenomena maraknya game mulai bermata dua. Di satu sisi  mengkuatirkan, di sisi lain menggembirakan. Mengkuatirkan karena banyak waktu untuk mengerjakan PR sekolah menjadi berkurang, sosialisasi dengan lingkungan menjadi makin minim, kurang tidur, dan cenderung mengabaikan kesehatan. Banyak juga permainan tradisional lambat laun punah. Permainan yang mengandung peluh dan bersifat team work, mulai tidak menarik untuk dihidupi. Diganti dengan teknologi: Game Online.

Apa itu game online...
Banyak orang menyebut game online sebagai sejenis game, padahal bukan. Game online adalah sejenis teknologi yang memungkinkan seorang pemain game bermain melawan pemain lainnya dengan bantuan jaringan internet. Tidak semua judul game bisa dimainkan online. Dan tidak hanya PC yang menjadi console satu-satunya untuk menjalankan game secara online, bisa playstation2 dan 3, xbox360, dan wii. Diantara sekian banyak console, hanya PC yang paling familiar settingannya. Sehingga wajar jika penyedia jasa game online, mayoritas menggunakan personal computer. Sebegitu maraknya, hingga mereka memanfaatkan voucher sebagai salah satu media pembayaran game online. Voucher itu punya masa berlaku. Jika sudah kecanduan, harga voucher bukan halangan. Menurunnya kesehatan dan berputarnya waktu, hanya sebuah batas yang bisa dilanggar lalu dimaafkan. 

Game sudah memakan korban...
Seperti beberapa kasus tercatat sebagai tragedi game online. Di Cina, Seorang gamer meninggal karena bermain game selama 15 hari tanpa henti. Lupa makan dan istirahat. Di Korea, ditemukan gamer pingsan di internet café (warnet) setelah 50 jam bertempur dalam game Starcraft. Seorang anak laki-laki 13 tahun asal Vietnam tega merampok seorang pejalan kaki dengan motiv tidak punya uang untuk membeli game terbaru. Di Amerika, terdapat kasus pembunuhan pada anggota keluarga sendiri karena berebut main game. Sebuah kasus ironis terjadi Suwon (3/5), Korea Selatan. Seorang bayi berusia 3 bulan tewas kelaparan karena ditinggal main game online oleh kedua orang tuanya. Pasutri Kim Yoo Chul dan Choi Mi-sun adalah pecandu game online. Dalam sehari mereka main game “Prius” selama 12 jam di café internet. Padahal Prius adalah jenis game yang bertema membesarkan bayi secara virtual. 

Apakah bermain game adalah sebuah ketergantungan baru...
Seorang gamer yang berhasil menembak mati musuhnya, secara tidak sadar dia ditembak oleh game yang dimainkannya. Semakin banyak musuh yang ditembak mati, si gamer semakin menjadi-jadi. Lupa daratan. Merasa dirinya adalah jagoan sejati. Sadarkah dia, the game is over when he turns off the computer. Beberapa ahli psikology yang tergabung dalam AMA (American Medical Associations) melakukan penelitian serius seputar kecanduan game. Kecanduan itu disebabkan karena zat neurochemical yang bernama dopamine. Semakin banyak dopamine dilepaskan,orang semakin senang dan merasa nyaman. Hal ini manusiawi. Dopamine juga mengucur deras saat seseorang mendengarkan music yang harmonis, makanan enak dan menonton film yang menyentuh. Penelitian itu semakin dikuatkan dengan temuan seorang professor dari Nottingham Trent  University, Inggris. Hasilnya cukup mencengangkan: 12 persen dari 7000 pemain game online menderita kecanduan. Adapun tiga kriteria kecanduan game online, menurut WHO (World Healthy Organization) meliputi: menarik diri dari lingkungan, mudah kehilangan kendali, tidak peduli dengan kegiatan lain di sekitarnya.  Kebanyakan mereka adalah laki-laki dengan usia di atas 21 tahun. Jenis Game yang membuat mereka nyandu berjenis massively multiplayer online games seperti Warcraft, Guild Wars, dan Second life. Penelitian ini dilakukan tahun 2008, jumlah game nya masih sangat terbatas. Di tahun 2010, game online mulai ratusan jumlahnya. Apalagi dengan menjamurnya facebook dan situs jejaring social lainnya. Mereka memanfaatkan game menjadi media penjaga  popularitas situs jejaring social tersebut.

Share this:

CONVERSATION

2 komentar: